Pesantren Al-Muttaqin di Ujung Kampung, Menanti Uluran Tangan Pemerintah untuk Santri

- Reporter

Senin, 22 September 2025 - 21:51 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Terbitkalimantan.com, Pelaihari – Harapan besar terucap dari sebuah pondok pesantren sederhana di Desa Kuala Tambangan, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut. Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Muttaqin, yang berdiri sejak 1982, terus berjuang mencetak generasi berilmu di tengah keterbatasan sarana. Namun, hingga kini, kebutuhan fasilitas dasar masih jauh dari kata cukup.

Ponpes yang didirikan oleh almarhum Guru Bunyamin bin Ali ini kini diasuh oleh putranya, Guru Salman Mulia. Dari hanya puluhan santri pada awalnya, jumlah santri kini mencapai 141 orang, terdiri dari 80 santri putra dan 61 santriwati.

Sayangnya, fasilitas yang tersedia belum mampu menampung mereka secara layak. Santri putri masih harus belajar di bangunan madrasah lama dan pulang-pergi setiap hari karena asrama khusus putri belum terbangun, meskipun pihak ponpes telah menyiapkan lahan seluas dua hingga tiga hektare untuk pengembangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kami ingin sekali membangun kampus putri, tapi dana belum ada. Jadi santriwati terpaksa masih mondar-mandir,” ungkap Ustad Ruba’i, salah satu pendidik di ponpes itu, Minggu (21/9/2025).

Tantangan lain yang tak kalah berat adalah minimnya fasilitas penunjang pembelajaran modern. Saat melaksanakan ujian berbasis komputer, pihak ponpes terpaksa meminjam laptop dari tetangga, perangkat desa, bahkan guru-guru.

“Laptopnya kami kumpulkan dari berbagai pihak, ada yang milik pribadi, ada juga pinjam ke desa atau ke warga,” tambahnya.

Meski tahun ini ponpes sempat menerima bantuan dari pemerintah daerah setelah tiga tahun mengajukan proposal, kebutuhan mendasar lainnya masih banyak yang belum tersentuh. Mulai dari ruang kantor guru, perbaikan WC, hingga pagar dan gerbang yang belum ada.

Dengan suara lirih penuh harap, Ustad Ruba’i menitipkan pesan agar pemerintah dapat memberi perhatian lebih bagi pesantren kecil di ujung kampung ini.

READ  MUI Tanah Laut Sampaikan Kritik Menohok ke DPRD dalam Rapat Dengar Pendapat

“Kalau bisa, dilirik sedikit lah. Karena bagaimanapun juga, ini untuk masa depan anak-anak kita semua,” ujarnya. (DR)

 

berita terkait

Jalan Poros Desa Gunung Melati Semakin Parah, Warga Harap Pemerintah Segera Bertindak
Dewan Telusuri Sengketa Utang Koperasi PT Darma Henwa dan Toko BBC
Pemkab Tanah Laut Serahkan 2.655 SK PPPK Paruh Waktu, Pertama di Regional VIII BKN
Mediasi Sengketa Lahan Bukit Mulia Kembali Buntu, Komisi I DPRD Tanah Laut Fasilitasi Pertemuan Kedua
Enam Santri Darussalim Bati-Bati Raih Prestasi di Ajang MQK Internasional 2025
MUI Tanah Laut Sampaikan Kritik Menohok ke DPRD dalam Rapat Dengar Pendapat
Pelanggaran Hak Cipta, Content Creator Bisa Dijerat Hukum
Polda Kalsel Borong Simpati Warga Lewat Gerakan Pangan Murah di Sabilal Muhtadin
Tag :

berita terkait

Selasa, 7 Oktober 2025 - 21:02 WITA

Jalan Poros Desa Gunung Melati Semakin Parah, Warga Harap Pemerintah Segera Bertindak

Selasa, 7 Oktober 2025 - 16:43 WITA

Dewan Telusuri Sengketa Utang Koperasi PT Darma Henwa dan Toko BBC

Selasa, 7 Oktober 2025 - 16:35 WITA

Pemkab Tanah Laut Serahkan 2.655 SK PPPK Paruh Waktu, Pertama di Regional VIII BKN

Senin, 6 Oktober 2025 - 18:54 WITA

Mediasi Sengketa Lahan Bukit Mulia Kembali Buntu, Komisi I DPRD Tanah Laut Fasilitasi Pertemuan Kedua

Senin, 6 Oktober 2025 - 16:08 WITA

MUI Tanah Laut Sampaikan Kritik Menohok ke DPRD dalam Rapat Dengar Pendapat

Senin, 6 Oktober 2025 - 16:01 WITA

Pelanggaran Hak Cipta, Content Creator Bisa Dijerat Hukum

Minggu, 5 Oktober 2025 - 15:26 WITA

Polda Kalsel Borong Simpati Warga Lewat Gerakan Pangan Murah di Sabilal Muhtadin

Minggu, 5 Oktober 2025 - 08:51 WITA

Sasirangan Tanah Laut Tampil di Plaza Indonesia Men’s Fashion Week 2025

berita terbaru

Kalimantan Selatan

Dewan Telusuri Sengketa Utang Koperasi PT Darma Henwa dan Toko BBC

Selasa, 7 Okt 2025 - 16:43 WITA