Jakarta, 5 September 2024 – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan bahwa tingkat polusi udara di Jakarta saat ini mencapai level yang mengkhawatirkan dan setara dengan kondisi Beijing dua dekade lalu. Pernyataan ini menandai semakin mendesaknya masalah kualitas udara di ibu kota, yang kini menjadi salah satu tantangan utama pemerintah.
Polusi Mengancam Kesehatan dan Produktivitas
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Nani Hendiarti, menyatakan bahwa Jakarta saat ini mengalami situasi polusi udara yang kritis, mirip dengan kondisi yang dihadapi Beijing pada awal 2000-an. “Jakarta kini berada di titik yang sangat mirip dengan Beijing 20 tahun lalu, ketika tingkat polusi udara mereka sangat tinggi,” kata Nani dalam konferensi pers, Senin (4/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut data yang dihimpun, polusi udara di Jakarta sebagian besar disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, industri, dan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Kualitas udara yang semakin buruk ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan warga, tetapi juga menurunkan produktivitas dan meningkatkan beban biaya kesehatan.
Belajar dari Pengalaman Beijing
Nani menjelaskan bahwa Beijing berhasil menurunkan tingkat polusi mereka melalui kebijakan yang ketat dan langkah-langkah konkret. “Beijing melakukan berbagai upaya seperti pembatasan kendaraan bermotor, penggunaan energi terbarukan, serta regulasi yang ketat terhadap industri,” jelasnya. Ia menekankan bahwa Indonesia perlu mengambil langkah serupa untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta.
Beijing membutuhkan bertahun-tahun untuk memulihkan udara bersih di kotanya, dan langkah-langkah seperti itu perlu diambil dengan segera oleh Indonesia. Salah satu prioritas pemerintah Indonesia saat ini adalah mempercepat penggunaan energi bersih dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Langkah Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia melalui Kemenko Marves tengah menyusun kebijakan-kebijakan strategis untuk mengatasi polusi udara di Jakarta. Salah satu solusi yang sedang digalakkan adalah peralihan ke energi ramah lingkungan dan peningkatan infrastruktur transportasi publik guna mengurangi emisi dari kendaraan pribadi. Di samping itu, pemerintah juga mengajak masyarakat untuk lebih banyak menggunakan transportasi umum dan mendukung upaya penghijauan kota.
Selain itu, penanaman pohon di kawasan urban dan peningkatan ruang terbuka hijau menjadi salah satu cara yang dipandang efektif dalam membantu menyerap polusi dan memperbaiki kualitas udara.
Sinergi Pemerintah dan Masyarakat
Nani juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam mengatasi masalah polusi. “Ini adalah tanggung jawab bersama. Semua pihak harus bergerak cepat agar kualitas udara di Jakarta bisa kembali membaik,” tambahnya.
Dengan kondisi udara yang semakin memburuk, pemerintah mengimbau masyarakat untuk mulai mengambil langkah-langkah sederhana, seperti mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, mendukung penggunaan energi terbarukan, serta menjaga lingkungan sekitar. Langkah ini diharapkan dapat mendorong perbaikan kualitas udara di Jakarta.
Polusi Jakarta dalam Data
Data terbaru dari WHO menunjukkan bahwa Jakarta termasuk dalam daftar kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia. Jika tidak segera diatasi, dampak negatifnya akan semakin luas, termasuk meningkatnya risiko penyakit pernapasan dan penyakit jantung.
Sementara itu, sejumlah lembaga lingkungan hidup mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan tegas. Tanpa langkah konkret, tingkat polusi di Jakarta diprediksi bisa semakin parah dalam beberapa tahun ke depan, menyeret kota ini ke dalam krisis kesehatan lingkungan yang lebih dalam.
Dengan tantangan besar yang dihadapi Jakarta, upaya penanggulangan polusi menjadi salah satu prioritas dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup di ibu kota dan melindungi kesehatan warganya.
Sumber: Kemenko Marves, WHO
